RENUNGAN MINGGUAN
HARI MINGGU BIASA KE DUA PULUH DUA TAHUN C
1st Reading: Ecclesiasticus 3: 17-20.28-29
2nd Reading: Hebrews 12: 18-19.22-24
Gospel: Luke 14: 1.7-14
Shalom saudara-saudari yang terkasih, kita telah memasuki minggu yang ke-22 dalam minggu biasa tahun C, dan tema doa ataupun sembahyang kita pada hari ini adalah, “Yesus, Perantaraan Perjanjian Baru,” dan pembacaan pada hari ini menceritakan kepada kita tentang kerendahan hati.
Saudara-saudari, dalam pembacaan Injil, Tuhan meminta kita agar kita melakukan perkara-perkara yang baik tanpa adanya niat lain yang tersimpan di dalam hati kita. Yesus juga mengajar kita untuk mengutamakan pelayanan kepada mereka yang tidak mampu untuk membalas budi baik kita dan Allah sentiasa akan meninggikan orang-orang yang mempunyai kerendahan hati. Berdasarkan kepada ajaran-ajaran yang kita dengar dalam Injil tadi, ianya memperlihatkan bagaimana cara pelayanan Yesus yang rela untuk merendahkan diriNya untuk penyelamatan umat manusia. Sebagai pengantara, Dia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani serta menyerahkan nyawaNya sebagai tebusan bagi dosa-dosa kita.
Dan segala desakan Yesus untuk mengamalkan sifat kerendahan hati ini, kita dapat lihat juga dalam pembacaan pertama yang dipetik dari surat Ecclesiasticus, dimana, dalam pembacaan ini ianya menekankan betapa pentingnya sifat rendah hati ini, hati yang pemurah dan sentiasa prihatin kepada yang miskin, dan Yesus adalah sebagai contoh dan tauladan kita untuk mengamalkan sifat rendah hati ini. Dalam pembacaan ini juga, kita digesa oleh Yesus untuk berusaha untuk mencontohiNya dalam kehidupan kita seharian dengan kita berusaha untuk melayani dengan kerendahan hati bagi orang-orang yang berada dalam kesusahan dan kesempitan, yang miskin, anak yatim piatu dan lain-lain lagi yang memerlukan bantuan kita. Dan kita sebagai ketua rumah, kita juga digesa agar kita juga berperanan sebagai pengantara yang baik apabila adanya pergolakan ataupun ketidakpersefahaman dalam keluarga mahupun dalam komuniti kita. Jikalau kita perhatikan tentang ajaran sifat rendah hati dalam buku Ecclesiasticus ini, ianya amat sinonim dengan sifat Yesus sebagai pengantara dalam perjanjian baru yang diceritakan dalam pembacaan Injil hari ini. Yesus merendahkan diriNya dengan menjadi manusia, sengsara, dan mati di kayu salip. Kerendahan hati Dialah yang telah menjadi kunci perdamaian kita dengan Allah. Sebab itulah, setiap pengikut Yesus haruslah mencontohi Yesus akan sifat rendah hatiNya dalam kehidupan kita seharian.
Dari itu, amat sesuailah sekali bahawa Yesus itu telah menjadi pengantara yang baik sepertimana yang diceritakan dalam pembacaan kedua yang dipetik dari surat kepada jemaat di Ibrani, dalam pembacaan ini menceritakan bagaimana keadaan suasana semasa kedatangan Allah dalam perjanjian lama yang berlaku di Gunung Sinai, dimana, keadaan semasa itu adalah menakutkan. Semasa itu, langit akan menjadi gelap dan kedengaran suara yang menakutkan, dan semasa itu, orang-orang akan membuat persembahan dari binatang yang dibakar dan umat manusia sama sekali tidak dapat menghampiri Allah secara lebih dekat lagi. Tetapi dalam perjanjian baru, kita berkesempatan untuk berhubung dengan Allah melalui Kristus. Yesus telah menjadi jambatan perantaraan Allah dengan manusia, yang boleh mendekatkan lagi antara kita dengan Allah dengan hati yang bersukacita dan penuh pengharapan.
Ini bermakna bahawa Yesus telah membuka pintu untuk kita supaya kita berada lebih dekat dengan Allah. Dia mengampuni semua dosa-dosa kita, memberi perdamaian dan kehidupan kekal kepada kita. Dengan itu, kita semua dipanggil untuk mencontohi sifat rendah hatiNya dan juga kemurahanNya dalam kehidupan kita seharian.
Amen.
Albert Mining
Paroki Penampang