RENUNGAN MINGGU BIASA KEDUA PULOH ENAM TAHUN C.
“ Diberkatilah orang yang mengandalkan ( bergantung kepada ) Tuhan yang menaruh harapannya pada Tuhan”
Lazarus berada di surga bukan kerana dia miskin, tetapi kerana dia selalu mengandalkan Allah dalam hidupnya.Orang kaya, ia sengsara di neraka bukan kerana dia kaya, tetapi kerana dia mengandalkan diri dan kekayaan selama hidupnya. Dia merasa dapat hidup tanpa Allah. Sehingga tiada lagi kepekaan dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain.
Tanpa sedar kitapun mungkin berlakuan seperti orang kaya itu. ‘KEKAYAAN ’ membuat kita tidak peka terhadap orang lain dan tidak mengandalkan Allah. Kecanggihan sekarang ini semakin mengikis ketergantungan manusia pada Allah, banyak orang terseret dan melupakan Juruselamatnya.Di zaman kita ini ada banyak Lazarus. Ada banyak orang miskin yang selalu menunggu di depan pintu gerbang kita. Ada jutaan Lazarus yang ditolak, dipinggirkan dan mati kelaparan.
Injil mengajak kita untuk belajar dari pengalaman orang kaya yang tidak peduli orang lain semasa hidupnya. Kita diajak untuk berbagi, apa yang kita ada kepada orang yang memerlukan. Harus kita sentiasa peka kepada orang yang serba kekurangan atau yang sangat memerlukan bantuan. Celakalah kita kalou kita tidak nampak orang miskin. Kita di panggil untuk menghulurkan tangan bagi sesama, bagi Lazarus-Lazarus disekitar kita.
Injil hari ini Yesus juga mengajarkan kita bahawa betapa kekayaan dan egosime bisa dengan mudah membutakan mata hati kita dan menutup rapat pintu kepedulianan kepada sesama. Kekayaan bisa mengungkung kita untuk peduli diri sendiri sahaja, menikmati hal-hal terbaik, tanpa peduli orang lain.
MERASA AMAN DAN TENTRAM ATAS KEKAYAAN.
Sikap yang diperlihatkan dengan pesta poranya seakan tiada yang kurang, seakan kekayaan dapat membuatnya bahagia, dan hartanya dapat menyelamatkannya. Merasa tidak perlu lagi Tuhan. Pergi menghadiri misa kudus hanya fomaliti sahaja bagi mereka.Sikap seperti inilah yang harus kita waspada dan hindari kerana akan memesongkan iman kita dan mungkin kita akan terus terjerat dengan harta duniawi. Ingat harta duniawi hanya sementara, tetapi harta surgawi akan selama-lama.
Maka apapun yang ada pada kita, bukan itu sumber kebahagiaan dan keselamatan kita, sebab tiada lebih berharga selain iman kita kepada Tuhan yang menjadi sumber sukacita dan kehidupan.Sebagai orang yang telah mengimani Kristus, kita harus berjuang bukan hanya sebagai manusia yang hidup ditengah masyarakat duniawi, tetapi juga sebagai anak Allah yang mengejar hidup abadi.
Kat. Linus Tokuzip