Pada Hari Minggu Biasa ke-2 Tahun B ini, temanya adalah MENYAHUT PANGGILAN TUHAN
Saudara saudari yang dikasihi dalam Kristus
Hari ini, marilah kita bersama-sama merenungi dan menyelami firman-Nya yang menyentuh hati kita, membawa kita ke dalam panggilan Nya yang agung dan penuh kasih. Dalam ketiga-tiga bacaan pada hari ini, bukalah pintu hati kita dengan luas untuk memahami dan meresapi panggilan Tuhan yang terus menerus mengalir dalam kehidupan kita.
Dalam kisah Samuel, kita menyaksikan keadaan ketika seorang anak muda mendengar suara Tuhan memanggil namanya di dalam kegelapan malam. Samuel, dengan kerendahan hati dan ketulusan, menjawab panggilan-Nya dengan kata-kata yang sederhana namun penuh makna: “Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu mendengar. peristiwa ini mengajarkan kita tentang ketenangan hati, keterbukaan jiwa, penyerahan, dan kepekaan terhadap panggilan-Nya yang dapat didengar dalam keheningan hati kita, Jangan biarkan kesibukan dunia menggangu kita, tetapi dengarkan suara lembut-Nya seperti angin sepoi sepoi yang menyentuh jiwa kita, kita semua selalu sibuk dengan pekerjaan setiap hari, tetapi kita perlu juga menyediakan waktu untuk berdoa dalam keheningan, memberi makanan rohani kepada diri kita melalui kehadiran dalam misa kudus dan saat teduh.
surat Paulus kepada jemaat di Korintus, membawa kita ke pemahaman bahawa tubuh kita adalah sebagai tempat kediaman Roh Kudus. Paulus memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menjaga kekudusan tubuh sebagai bentuk penghormatan terhadap sang pencipta. “Tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan,” kata Paulus. Dalam dunia yang sering kali mengajak kita untuk merendahkan tubuh kita, Firman Tuhan mengajarkan kita menyahut panggilan Tuhan dengan menjaga kekudusan diri, menjauhi dosa dan menjadikan tubuh sebagai tempat persembahan yang layak bagi-Nya. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk menjaga kekudusan dan menghormati tubuh sebagai karunia dari Allah, kerana Tubuh kita bukan semata-mata untuk kepuasan jasmani atau kenikmatan duniawi, tetapi memiliki tujuan yang lebih murni, iaitu untuk melayani Tuhan.
Dalam kisah Injil, kita bertemu dengan kedua murid Yohanes Pembaptis, Andreas dan Simon Petrus, yang mengikuti Yesus setelah mendengar panggilan-Nya. Melalui kata-kata sederhana Yohanes, “Lihatlah Anak Domba Allah,” keduanya meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus. Dalam tindakan mereka, kita melihat contoh konkrit bagaimana kita harus menyahut panggilan Tuhan dengan ketulusan dan ketaatan.
Mengapa kita harus mengambil berat terhadap panggilan Tuhan? Pertama, kerana di dalam panggilan itu mengandungi rencana-Nya yang luar biasa untuk hidup kita. Kedua, kerana panggilan Tuhan adalah jemputan untuk menjalani hidup yang memiliki tujuan sejati dan abadi. Dan ketiga, kerana melalui panggilan-Nya, kita memiliki kesempatan untuk menjadi alat dalam tangan-Nya, untuk menyebarkan kasih dan kebaikan-Nya.
Menyahut panggilan Tuhan bukanlah perjalanan yang mudah. la memerlukan kesediaan untuk mendengar, ketaatan untuk bertindak, dan kepercayaan yang mendalam bahawa Tuhan yang memanggil adalah Tuhan yang setia. Di dalam kesetiaan dan ketaatan itulah kita menemukan makna sejati hidup kita. Dalam perjalanan menyahut panggilan Tuhan, kita tidak hanya menemukan Tuhan, tetapi juga menemukan diri kita sendiri untuk tujuan hidup yang sejati.
Oleh kerana itu, marilah kita merenungkan panggilan Tuhan dalam kehidupan kita, membuka hati dan telinga kita untuk mendengar, menjaga tubuh kita sebagai tempat kediaman Roh Kudus, dan dengan sukacita mengikuti-Nya tanpa syarat. Semoga perjalanan menyahut panggilan Tuhan membawa kita lebih dekat kepada-Nya dan membimbing langkah- langkah kita kearah kehidupan yang bermakna dan penuh kasih. Amin
LJTokuzip